the gazettE merupakan band visual-kei (harap diperhatikan, visual-kei bukanlah genre musik, namun gaya berpakaian yang eksentrik dan flamboyan, terkadang agak kewanita-wanitaan, dalam hal ini Uruha dan Aoi) bagaimana pun juga, The gazette memiliki aliran alternatif, pertama kemunculannya mereka mengadopsi musik-musik seperti Marylin Manson. bahkan lagu Kantou dogeza kumiai dan the maggots sangat mirip dengan lagu dari beberapa band hardcore terkenal seperti dead kennedy dan lainnya. beautiful (5) shitter juga tak luput dari komentar karena memiliki kesamaan dengan beautiful people milik Marylin manson. namun, bukan berarti mereka adalah plagiat, mereka tetap bermain dengan kreasi mereka sediri, walaupun, ada kemiripan pada lagu-lagu yang sya sebutkan tadi.
terbentuk sejak tahun 2002, matsumoto takanori a.k.a Ruki, shiroyama yuu a.k.a Aoi, Suzuki Akira a.k.a Reita, Takashima Kouyou a.k.a Uruha, dan Yune membentuk sebuah band bernama Gazette, dengan katakana jepang pada waktu itu dibawah label Matina record, mereka membuat single bernama wakaremichi. Pada awal 2003 Yune keluar digantikan dengan Uke Yukata a.k.a Kai, dengan hadirnya Kai, banyak perubahan dalam musik the gazette, seperti genre, bersama Yune mereka mengusung jenis musik Glam, tetapi dengan hadirnya Kai, banyak perubahan dan variasi dalan bermain musik.
dan mereka memutuskan untuk mengubah nama dari gazette menjadi the GazettE dalam bahasa latin, pada tahun 2006 dan mengeluarkan album NIL.
the gazette baru dikenal orang indonesia dari mulai merebaknya fenomena Internet beberapa tahun ini, dan itulah yang membuat musik-musik sejenis hanya berjalan di tempat alias terlalu lama bergerak. lalu mengapa dari media jepang tidak bergerak dan menyebarkan ke indonesia,lagi-lagi alasan mereka adalah tidak yakin dengan banyaknya penggemar lagu jepang di indonesia, sehingga mereka hanya memfokuskan musik-musik jepang di amerika, spanyol, jerman dan negara eropa lainnya, sedangkan untuk bagian asia mereka hanya menekankan fokus di negara Cina. seperti di pontianak, orang-orang kalimantan barat kurang mengenal musik jepang, sebagian hanya mengenal anime dan manga saja, itupun anak muda 16 tahun kebawah, padahal di jepang, semua umur menikmati anime dan manga, bahkan dijadikan sumber bisnis, sementara disini hanya hobi belaka saja sebagian dari pendapat orang indonesia, mereka mengira muski jepang itu hanya untuk anak-anak dan tidak dijadikan alasan yang penting untuk anak-anak dan tidak dijadikan alasan yang penting untuk meramaikan hiburan dan musik di Indonesia. bahkan, di pontianak, memakai pakaian ala harajuku saja masih tabu di kalangan mereka, maklum penduduk daerah. lalu satu alasan lagi kenapa the gazette kurang dikenal di indonesia, adalah dari segi kualitas dan penyebaran informasi itu sendiri, musik-musik dari barat dan eropa gampang menyebar karena mereka merupakan negara adidaya, yang dapat berkuasa pada bidang apa saja di era global ini. lalu dari segi kualitas, the gazette masih kalah jauh dengan band-band amerika, yang notabene menurut saya, gaya vokalisnya kaku sangat, beda dengan band-band jepang yang gayanya nyentik, baik berpakaian dan tingkah laku di panggung. namun bagaimanapun juga pengaruh media lah yang mempengaruhi dan mendoktrin rakyat indonesia dalam mendengarkan musik-musik di dunia.
terbentuk sejak tahun 2002, matsumoto takanori a.k.a Ruki, shiroyama yuu a.k.a Aoi, Suzuki Akira a.k.a Reita, Takashima Kouyou a.k.a Uruha, dan Yune membentuk sebuah band bernama Gazette, dengan katakana jepang pada waktu itu dibawah label Matina record, mereka membuat single bernama wakaremichi. Pada awal 2003 Yune keluar digantikan dengan Uke Yukata a.k.a Kai, dengan hadirnya Kai, banyak perubahan dalam musik the gazette, seperti genre, bersama Yune mereka mengusung jenis musik Glam, tetapi dengan hadirnya Kai, banyak perubahan dan variasi dalan bermain musik.
dan mereka memutuskan untuk mengubah nama dari gazette menjadi the GazettE dalam bahasa latin, pada tahun 2006 dan mengeluarkan album NIL.
the gazette baru dikenal orang indonesia dari mulai merebaknya fenomena Internet beberapa tahun ini, dan itulah yang membuat musik-musik sejenis hanya berjalan di tempat alias terlalu lama bergerak. lalu mengapa dari media jepang tidak bergerak dan menyebarkan ke indonesia,lagi-lagi alasan mereka adalah tidak yakin dengan banyaknya penggemar lagu jepang di indonesia, sehingga mereka hanya memfokuskan musik-musik jepang di amerika, spanyol, jerman dan negara eropa lainnya, sedangkan untuk bagian asia mereka hanya menekankan fokus di negara Cina. seperti di pontianak, orang-orang kalimantan barat kurang mengenal musik jepang, sebagian hanya mengenal anime dan manga saja, itupun anak muda 16 tahun kebawah, padahal di jepang, semua umur menikmati anime dan manga, bahkan dijadikan sumber bisnis, sementara disini hanya hobi belaka saja sebagian dari pendapat orang indonesia, mereka mengira muski jepang itu hanya untuk anak-anak dan tidak dijadikan alasan yang penting untuk anak-anak dan tidak dijadikan alasan yang penting untuk meramaikan hiburan dan musik di Indonesia. bahkan, di pontianak, memakai pakaian ala harajuku saja masih tabu di kalangan mereka, maklum penduduk daerah. lalu satu alasan lagi kenapa the gazette kurang dikenal di indonesia, adalah dari segi kualitas dan penyebaran informasi itu sendiri, musik-musik dari barat dan eropa gampang menyebar karena mereka merupakan negara adidaya, yang dapat berkuasa pada bidang apa saja di era global ini. lalu dari segi kualitas, the gazette masih kalah jauh dengan band-band amerika, yang notabene menurut saya, gaya vokalisnya kaku sangat, beda dengan band-band jepang yang gayanya nyentik, baik berpakaian dan tingkah laku di panggung. namun bagaimanapun juga pengaruh media lah yang mempengaruhi dan mendoktrin rakyat indonesia dalam mendengarkan musik-musik di dunia.
Komentar
Posting Komentar